Minggu, 21 Februari 2016

Situation Analysis based on Diarrhea Case Health-Quantitative Data in Sleman Yogyakarta Special District Indonesia (Analisis Situasi Berdasarkan Data Kuantitatif Kesehatan Kasus Diare Kabupaten Sleman Yogyakarta)

Kabupaten Sleman terletak diantara 107o 15’ 03’’ dan 100 29’ 30’’ lintang selatan. Wilayah Kabupaten Sleman berketinggian antara 100–2500m dari permukaan laut. Jarak terjauh utara–selatan ± 32 km, timur–barat ±35 km.
Luas wilayah Kabupaten Sleman seluas 18 % dari luas wilayah Pemda DIY atau seluas 574,82 ha. Dari luas wilayah tersebut termanfaatkan untuk tanah sawah seluas 23.426 ha (40,75%), tanah tegalan seluas 6.429 ha (11,18%), tanah pekarangan seluas 18.704 ha (32,69%), hutan rakyat seluas 1.592 ha (2,77%), hutan negara seluas 1.335 ha (2,32%) kolam seluas 370 ha (0,64%) dan lain-lain seluas 5.536 ha (9,63%).
Secara administratif Kabupaten Sleman terdiri dari 17 kecamatan dengan 86 desa dan 1212 dusun, dengan jumlah 2.890 RW dan 6.961 RT dari 86 desa dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun 2012 sebesar 1.120.417 jiwa, terdiri laki-laki 560.835 jiwa dan perempuan 559.582 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk 1.949 jiwa/km2, rasio jenis kelamin laki-laki per wanita sebesar 100,22 dengan laju pertumbuhan penduduknya 0,9%, rasio beban tanggungan kelompok produktif per kelompok tidak produktif 52,91% artinya setiap 100 orang produktif menanggung sebanyak 52 orang tidak produktif, dan rata-rata jumlah jiwa per KK (family size) 3-4 jiwa/KK.
Grafik 1. Distribusi Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten Sleman Tahun 2012

Berdasarkan batas wilayah Kabupaten Sleman meliputi bagian utara berbatasan dengan kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang Propinsi Jawa Tengah dengan gunung merapi sebagai puncaknya, bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten Propinsi Jawa Tengah, bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan kota Yogyakarta, Propinsi DIY dan bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo Propinsi DIY dan Kabupaten Magelang Propinsi Jawa Tengah. Secara umum lokasi Kabupaten Sleman dapat di lihat dalam gambar sebagai berikut:
Gambar 1. Peta Lokasi Kabupaten Sleman
Kecamatan yang paling banyak penduduknya adalah Depok (183.710 jiwa) atau 12,5 % dari jumlah penduduk kabupaten, kemudian disusul Kecamatan Ngaglik, Kecamatan Mlati, Kecamatan Gamping, Kecamatan Kalasan, Kecamatan Godean, dan Kecamatan Sleman. Sedangkan kecamatan lainnya yang jumlah penduduknya dibawah 30.000 jiwa yaitu Kecamatan Cangkringan sebanyak 29.338 jiwa dan Kecamatan Minggir sebanyak 28.529 jiwa.
Adapun jumlah penduduk per Puskesmas di Kabupaten Sleman tahun 2012 adalah sebagai berikut:
Grafik 2. Jumlah Penduduk Per Puskesmas Kabupaten Sleman tahun 2012

Dengan melihat grafik 2 maka jumlah penduduk tertinggi terletak di Puskesmas Depok III, kemudian disusul Puskesmas Kalasan selanjutnya Puskesmas Sleman. Sedangkan jumlah penduduk terendah berada di wilayah Puskesmas Tempel II dan Ngemplak I.
Tabel 1: Jumlah Penduduk, Jumlah KK, Rata-Rata Jiwa/KK dan Kepadatan Penduduk Pada Tahun 2000 s/d Tahun 2012
Sumber: Data BPS Kabupaten Sleman Tahun 2012
Struktur penduduk di Kabupaten Sleman tahun 2012 tergolong produktif, artinya proporsi penduduk usia 15-64 tahun mempunyai proporsi terbesar (70%) hal ini juga terlihat dari angka beban ketergantungan yakni ratio jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) dengan jumlah penduduk usia tidak produktif (0-14 th dan > 65 tahun lebih) sekitar 30%. Dengan melihat data diatas berarti 100 penduduk usia produktif menanggung 53 orang penduduk usia tidak produktif. Distribusi penduduk di Kabupaten Sleman tahun 2012 menurut golongan umur sebagai berikut:
Tabel 2: Penduduk Kabupaten Sleman Menurut Golongan Umur Tahun 2012
Sumber: Data Kantor Statistik Kabupaten Sleman
Grafik 3. Piramida penduduk menurut golongan umur Kabupaten Sleman Tahun 2012
Diare merupakan penyakit yang menjadi salah satu keluhan pada orang dewasa. Di dunia, setiap tahunnya diperkirakan 99 juta kasus diare akut atau gastroenteritis akut terjadi pada orang dewasa (Simadibrata & Daldiyono, 2009). Tingginya angka kejadian diare mengakibatkan diare sampai saat ini menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang (Adisasmito, 2007). Frekuensi kejadian diare pada negara berkembang lebih banyak 2-3 kali lipat di bandingkan dengan negara maju (Simadibrata & Daldiyono, 2009). Sebagai negara berkembang Indonesia tidak luput dari masalah diare. Pada tahun 2010 penderita gastroenteritis pada 15 provinsi di Indonesia sebanyak 8.543 orang dan 2,6 % penderita meninggal dunia (Kemenkes RI, 2011).
Masih tingginya angka kesakitan diare disebabkan karena kesehatan lingkungan yang belum memadai, status gizi, kepadatan penduduk, tingkat pencapaian pendidikan, keadaan sosial ekonomi, dan perilaku masyarakat yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi penyakit diare (Palupi, 2009). Beberapa faktor penyebab diare adalah bakteri, virus, parasite dan non-infeksi (Simadibrata & Daldiyono, 2009), sehingga penularan utama untuk patogen diare adalah tinja dan mulut, dengan makanan dan air yang merupakan penghantar untuk kejadian diare (Nelson, 2000).
Akibat yang ditimbulkan oleh penyakit diare ini adalah semakin tingginya angka morbiditas dan mortalitas (Depkes RI 2011). Selain itu penyakit diare mengakibatkan malnutrisi yang berujung pada kematian (Palupi, 2009). Dehidrasi yang terjadi pada penderita diare disebabkan karena usus tidak bekerja sempurna, sehingga air dan zat–zat yang terlarut didalamnya terbuang bersamaan dengan tinja sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan (Harianto, 2004).
Kabupaten Sleman sendiri juga memiliki kasus diare yang masih dalam penanganan. Hal ini berdasarkan hasil laporan kesehatan yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Tahun 2013. Penanganan diare merupakan salah satu masalah yang juga berkaitan dengan bidang pendidikan seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa adanya kasus diare juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan masyarkat. Maka dari itu, diperlukan analisis data berdasarkan data kasus diare untuk mendapatkan rekomendasi kebijakan pendidikan yang tepat.

Sumber:
  1. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. (2013). Data Kependudukan Kabupaten Sleman.
  2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2003). Standar Pengawasan Program Bidang Kesehatan: Penanggulangan Diare.  
  3. Departemen Kesehatan Kabupaten Sleman. (2013). Profil Kesehatan Kabupaten Sleman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar