Selasa, 01 Maret 2016

Educational Approach in Educational Theory (Scientific, Philosophy, Religion, and Multidicipline Approach) - Pendekatan Pendidikan dalam Teori Pendidikan (Pendekatan Sains, Filosofi, Religi, dan Multidisiplin)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mempelajari pendidikan sebagai suatu teori yang berisikan konsep-konsep, ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan. Pendekatan-pendekatan dalam menyusun teori pendidikan terdiri dari:
a.      Pendekatan Sains
Pendekatan sains terhadap pendidikan, yaitu suatu pengkajian dengan menggunakan sains untuk mempelajari, menelaah, dan memecahkan masalah-masalah pendidikan. Teori pendidikan dengan pendekatan sains disebut sains pendidikan (science of education). Cara kerja yang dpergunakan sebagaimana prinsip-prinsip dan metode kerja sains. Henderson (1959) mengemukakan bahwa sains pendidikan pada dasarnya ingin menyumbangkan pengetahuan yang diperoleh melalui eksperimen, analisis, pengukuran, perhitungan, klasifikasi, dan perbandingan.

Karakteristik Pendekatan Sains
Karakteristik pendekatan sains dilihat dari tiga aspek, yaitu objek, tujuan, dan metode kerja pengkajiannya. Objek pengkajian dalam sains pendidikan misalnya sosiologi pendidikan yang terbatas pada unsur-unsur yang berkaitan dengan faktor-faktor sosial dalam pendidikan. Tujuan pengkajiannya adalah untuk menggambrkan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam pendidikan. Metode kerja pengkajian sains dalam pendidikan ialah dengan menggunakan metode sains atau metode ilmiah dengan cara induktif yang berasal dari fakta-fakta khusus, fakta empiris pendidikan, dianalisis dan diverifikasi, kemudian ditarik suatu kesimpulan atau generalisasi seabgai suatu teori pendidikan.

 Jenis-Jenis Sains Pendidikan
Sebagai hasil pendekatan sains terhadap pendidikan, terdapat beberapa jenis sains pendidikan yang dihasilkan, diantaranya:
a)      Sosiologi pendidikan;
b)      Psikologi pendidikan;
c)      Administrasi pendidikan;
d)     Teknologi pendidikan;
e)      Evaluasi pendidikan; dan
f)       Cabang-cabang yang lain seperti ekonomi pendidikan, pendidikan kependudukan, ekologi pendidikan, bimbingan dan penyuluhan pendidikan, pengembangan kurikulum, perencanaan pendidikan, dan evaluasi sistem pendidikan.

b.      Pendekatan Filosofi
Pendekatan filosofis terhadap pendidikan adalah suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat. Pengetahuan atau teori pendidikan yang dihasilkan  dengan pendekatan filosofi disebut filsafat pendidikan. Menurut Henderson (1959), filsafat pendidikan adalah filsafat yang diterapkan atau diaplikasikan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan.

Karakteristik Pendekatan Filosofi
Karakteristik pendekatan filosofi dilihat dari tiga aspek, yaitu objek, tujuan, dan metode kerja pengkajiannya. Objek pengkajian pendidikan dengan pendekatan filosofi adalah semua aspek pendidikan tidak terbatas pada salah satu aspek saja, termasuk tujuan, isi, metode, peserta didik, pendidik, keluarga, dan masyarakat. Tujuan pendekatan filosofi dalam pendidikan adalah merumuskan mengenai apa dan bagaimana seharusnya pendidikan dilaksanakan. Metode pengkajian filsofi adalah melalui kajian rasional yang mendalam tentang pendidikan dengan menggunakan semua pengalaman manusia dan kemanusiaannya.

c.      Pendekatan Religi
Pendekatan religi terhadap pendidikan, berarti bahwa suatu ajaran religi dijadikan sumber inspirasi untuk menyusun teori atau konsep-konsep pendidikan yang dapat dijadikan landasan untuk melaksanakan pendidikan. Ajaran agama yang berlaku umm dijadikan sebagai pangkal untuk memikirkan prinsip-prinsip pendidikan yang khusus. Fungsi teori dalam pendidikan adalah menjadi petunjuk perilaku peserta didik. Teori pendidikan dengan pendekatan religi hanya akan diikuti oleh kelompoknya, atau para penganutnya yang sudah meyakini dan mengimani kebenaran ajaran religi tersebut.

d.      Pendekatan Multidisiplin 
    Pendekatan yang perlu dilakukan adalah pendekatan yang menyeluruh (pendekatan holistik), pendekatan multidisiplin yang terpadu. Di antara semua jenis pendidikan dipadukan dan tidak berdiri secara terpisah antara pendekatan satu dengan yang lainnya. Hubungan tersbut harus terjalin hubungan yang komplementer dan saling melengkapi satu sama lain.

Senin, 29 Februari 2016

The Relationship of Philosophy to Educational Practice - Educational Practice and Theory (Teori dan Praktek Pendidikan)

Pendidikan merupakan kegiatan yang hanya dilakukan manusia dengan lapangan yang sangat luas, yang mencakup semua pengalaman serta pemikiran manusia tentang pendidikan. Pendidikan sebagai suatu praktek dalam kehidupan seperti kegiatan ekonomi, kegiatan hukum, kegiatan agama, dan lain-lain. Selain itu pendidikan juga memiliki beberapa teori-teori yang digunakan sebagai landasannya.
a.       Praktek Pendidikan
Menurut Redja M. (Depdikbud: IKIP Bandung, 1991), praktek pendidikan adalah seperangkat kegiatan bersama yang bertujuan membantu pihak lain agar mengalami perubahan tingkah laku yang diharapkan. Praktek pendidikan dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek tujuan, aspek proses, kegiatan, dan aspek dorongan (motivasi). Tujuan praktek pendidikan adalah membantu pihak lain mengalami perubahan tingkah laku fundamental yang diharapkan. Proses kegiatan merupakan seperangkat kegiatan sosial/bersama, usaha menciptakan peristiwa pendidikan dan mengarahkannya, serta merupakan usaha secara sadar atau tidak sadar melaksanakan prinsip-prinsip pendidikan. Dorongan atau motivasi untuk melaksanakan praktek pendidikan muncul karena dirasakan adanya kewajiban untuk menolong orang lain. Praktek pendidikan dapat membahayakan bagi perkembangan harkat kemanusiaan apabila dilakukan tanpa didasarkan pada teori pendidikan atau filsafat pendidikan.
The Relationship of Philosophy to Educational Practice (Sumber : Issues and alternatives in educational philosophy, George R. Kight,1982: 33)

b.     Teori Pendidikan
Berbicara tentang manusia akan mencakup harkat, derajat, martabat, dan hak asasinya. Walaupun kita telah memahami berbagai teori pendidikan, namun kita tidak boleh beranggapan bahwa kita telah memiliki resep untuk menjalankan tugas dalam pendidikan. Sikun Pribadi (1980) mengemukakan bahwa pendidikan tidak boleh disajikan dalam bentuk resep atau aturan yang tetap untuk dijalankan. Karena hal yang terpenting adalah kepribadian dan kreativitas pendidik sendiri. Pendidikan (walaupun harus didukung oleh ilmu pendidikan atau pedagogik) dalam pelaksanaannya, lebih merupakan seni dari pada teori. Pendidikan memerlukan teori pendidikan, karena teori pendidikan akan memberikan manfaa sebagai beriku.
a)     Teori pendidikan dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah dan tujuan yang akan dicapai;
b)  Teori pendidikan berfungsi untuk mengurangi kesalahan-kesalahan dalam praktek pendidikan. Dengan memahami teri kita akan mengetahui mana yang boleh dan mana yang tidak boleh; dan
c)     Teori pendidikan dapat dijadikan sebagai tolok ukur sampai di mana kita telah berhasil melaksanakan tugas dalam pendidikan.
Dari uraian di atas dieroleh hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan, yaitu:
a)  Filsafat, dalam arti filosofis merupakan satu cara pendekatan yang dipakai dalam memecahkan masalah pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan oleh para ahli;
b)    Filsafat, berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran filsafat tertentu yang memiliki relevansi dngan kehidupan nyata; dan
Filsafat, dalam hal ini filsafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan (pedagogik).

Jumat, 26 Februari 2016

The Spirit of Education by Ki Hajar Dewantara (Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara)

Pendidikan merupakan segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Secara khusus, pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, yang berlangsung di dalam dan luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang (Mudyaharjo, 2008: 3, 11). Ki Hajar Dewantara mendefinisikan pendidikan dengan tiga roh didalamnya. Roh-roh tersebut yaitu:
a.     Kemandirian
Manusia pada dasarnya merupakan makhluk yang berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas eksistensinya. Hal ini juga mengimplikasikan bahwa seseorang tidak mempunyai hak untuk merampas kemandirian orang lain. Namun demikian, identitas seseorang tidak dapat terwujud tanpa sesame yang lain atau dalam relasi dengans sesamanya. Ada tiga unsur utama dalam kehidupan bersama manusia, yaitu:
a)  Lembaga yang mengatur hubungan interpersonal dari pribadi-pribadi yang sedang mengembangkan identitasnya.
b) Adanya kesadaran diri dari masing-masing pribadi untuk bekerjasama dan mencipatakan suasana yang kondusif untuk semua anggota yang tergabung dalam kerja sama itu untuk menjamin terlaksanya dialg dan hubungan interpersonal. Inilah yang dimaksud dengan disiplin yang tumbuh dari dalam atau tumbuh karena kesadaran yang tinggi dari anggota masing-masing (tucht).
c)   Dari kesadaran untuk perkembangan pribadi dan perkembangan kehidupan bersama terciptalah ketertiban (orde). Di sini kta lihat ketertiban sangat erat kaitannya dengan kesadaran pribadi dalam dialog interpersonal dalam suatu sistem kehidupan bersama yang tumbuh dari bawah karena kebutuhan bersama. Inilah tanggung jawab seseorang dalam kehidupan bersama dalam suatu masyarakat yang menghargai hak serta kewajiban masing-masing. Inilah prinsip demokratis sejati yang tumbuh dari bawah.
b.     Sistem Among
Sistem among mempunyai implikasi di dalam relasi anara pendidik dengan peserta didik. Pendidik bukanlah seorang dictator atau yang haus akan kekuasaan atau kehormatan pribadi, tetapi dengan suatu visi yang secara sukarela dan penuh dedikasi dalam membantu peserta didik untuk menemukan dirinya sendiri atau untuk dapa berdri sendiri atas kemampuannya sendiri.
c.     Prinsip Kebudayaan
Menurut Ki Hajar Dewantara, di dalam kebudayaan lokal telah berkembangan dan terakmulasi kebijakan-kebijakan pendidikan yang luhur (H.A.R. Tilaar&Riant Nugroho, 2012: 50-57).
                Dengan demikian, pendidikan menurut pandangan filsafat Ki Hajar Dewantara adalah proses menuju pada kemandirian  seorang pribad menju pembebasan dar iketidakberdayaan manusia yang memerlukan dialog dan hubungan interpersonal yang berdasarkan keputusan-keputusan etis di dalam habitus lokal menuju pada habitus nasional dan global.