Minggu, 21 Februari 2016

Problem Description about Diarrhea Case Health-Quantitative Data in Sleman Yogyakarta Special District Indonesia (Deskripsi Masalah tentang Data Kuantitatif Kesehatan Kasus Diare Kabupaten Sleman Yogyakarta)

Diare merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi di Indonesia, sehingga Dinas Kesehatan mencanangkan beberapa program untuk menanggulangi terjadinya peningkatan kasus diare yang didasari oleh aspek preventif, kuratif dan rehabilitatif. Aspek preventif lebih diprioritaskan karena secara signifikan mampu menurunkan angka kejadian diare. Bidang yang sangat berperan dalam aspek preventif ini adalah bidang promosi kesehatan. Melalui kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh bidang promosi kesehatan diyakini dapat mengakselerasi penurunan angka kejadian diare khususnya pada balita (Depkes RI, 2006).
Sementara itu banyak penelitian tentang penatalaksanaan diare itu sendiri, baik secara medis maupun secara tradisional. Dalam dunia medis biasanya digunakan obat–obatan tertentu misalanya: predipson, loperamid, dan banyak jenis obat – obatan lainnya yang digunakan untuk menangani diare. Selain itu, terapi cairan digunakan sebagai penanganan utama pada diare. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi cepat (Brunner & Suddart, 2002). Sedangkan untuk penanganan diare secara tradisional, masyarakat biasanya menggunakan tanaman berkhasiat obat, karena obat tradisonal diyakini mempunyai efek samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat-obatan farmakologi (Mahendra, 2008). Untuk tanaman obat, masyarakat lokal Indonesia sudah mengetahui tentang khasiat obat suatu tumbuhan. Mereka umumnya memiliki pengetahuan tradisional dalam penggunaan tumbuhan berkhasiat obat untuk mengobati penyakit tertentu (Supriadi, 2001). Begitu juga kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam dan data yang ada menunjukkan bahwa sekitar 80% penduduk dunia memanfaatkan obat tradisional yang bahan bakunya berasal dari tumbuhan. Keadaan ini menunjukkan pentingnya peranan tumbuhan obat bagi perkembangan kesehatan masyarakat di seluruh dunia (Supriadi, 2001). Namun makalah ini tidak akan membahas lebih jauh mengenai obat yang tepat untuk penanganan kasus diare, melainkan lebih fokus pada kebijakan apa yang tepat untuk direkomendasikan berdasarkan data kasus diare tersebut melalui pendidikan.
Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Kabupaten Sleman, walaupun secara umum upaya penanggulangannya telah semakin baik dengan terbukti angka kesakitan yang makin menurun. Pada tahun 2001 Incidens Rate (IR) diare mencapai 21,9 per 1000 penduduk, kemudian makin menurun hingga IR pada tahun 2006 mencapai 16,69 per 1000 penduduk.
Pada tahun 2008 diketemukan sejumlah 12.724 kasus diare (IR =13,55 per 1000 penduduk) dengan 5.419 (36,74%) diantaranya kasus diare pada balita, dan 100% diare pada Balita tersebut telah ditangani sehingga kematian Balita karena diare dilaporkan nihil.
Pada tahun 2009 diketemukan sejumlah 12.448 kasus diare (IR =13,05 per 1000 penduduk) dengan 4.117 (33,07%) diantaranya kasus diare pada balita, pada tahun 2010 diketemukan kasus sebanyak 14.664 kasus diare (IR=13,44) pada tahun 2012 ditemukan sebanyak 42.545 kasus diare dengan insidens rate mencapai 18,3 sedangkan pada tahun 2012 ditemukan sebanyak 16.242 kasus diare dengan insidens rate mencapai 34,8. Dari kasus yang ada tersebut pencapaian penanganan kasus diare mencapai 32,2% dari perkiraan kasus sebanyak 46.721 kasus dan berhasil ditangani sebesar 15.041 kasus. Kematian pada Balita tahun 2012 karena diare dilaporkan ada 2 orang. Kasus penyakit diare lebih banyak disebabkan karena kurangnya higiene sanitasi dan perilaku masyarakat dalam mengelola makanan dan minuman seperti banyaknya jajanan makanan dan minuman yang kurang memperhatikan aspek kebersihan sehingga berakibat menjadi penyakit diare.

Grafik 16 Incidence Rate Kasus Diare di Kabupaten Sleman Tahun 2002 s/d 2012
Dalam program P2 Diare di Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit dan Lingkungan tidak bisa lepas dari program dan kegiatan di lintas seksi/bidang lainnya, seperti untuk pelaksanaan pencegahan penyakit dengan promosi Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS) oleh Bidang Yankesmas, sedangkan untuk pengobatan penyakit dengan penyediaan Oralit dan obat-obatan diare pada sarana pelayanan kesehatan yang ada.
Sumber:
  1. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. (2013). Data Kependudukan Kabupaten Sleman.
  2. Departemen Kesehatan Kabupaten Sleman. (2013). Profil Kesehatan Kabupaten Sleman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar